Training Intervensi Perubahan Perilaku untuk Pencegahan HIV

Training IPPGF-ATM R-8 melalui 3 PR-nya (KPAN, Kemenkes dan PKBI) mengadakan Training untuk Intervensi Perubahan Perilaku bagi Koordinator Lapangan dan Pengelola Program di tingkatan SSR Propinsi.
Kegiatan ini dilakukan selama 6 hari dari mulai 20-25 Juni secara Pararel di 2 kota yaitu di Kota Bandung, Jawa Barat dan Kota Tretes, Pasuruan. Jawa Timur.
Kegiatan training ini diikuti sekitar 200 peserta dibagi menjadi 6 kelas dari wilayah kerja GF R-8 dan GF-9.
Diantara peserta yang mengikuti training ini adalah dari komunitas GWL INA baik selaku pengelola program ditingkatan SSR  yaitu Gaya Celebes dan juga GWL yang menjadi Implementing Unit diantarany SGC dan Semarang Mitra Plus Semarang,  Salut NTB yang menjadi Koordinator Lapangan.
Ada 22 Trainer yang diberi tugas oleh KPAN, Kemenkes dan PKBI untuk terlibat dalam kegiatan ini, diantara 22 trainer dari Sabang sampai Meraoke ada 2 orang trainer dari komunitas GWL yaitu Ko Budiyanto (Ibhud) dari GAYa Nusantara Surabaya dan Slamet Raharjo dari Gessang Solo. Kebetulan
Slamet Raharjo dan Ibud dipercayakan untuk mengelola serta menjadi Trainer di salah satu kelas yaitu yang pesertanya dari Propinsi Jawa Timur dan Bali, sedangkan di Bandung ada dr Yeny dari GSM Medan menjadi salah satu trainer yang bertugas untuk menjadi trainer di Kota Bandung.

Training IPPTraining dibuka  oleh dr Fony dari KPAN, dilanjutkan dengan presntasi beliau yang menyampaikan tentang situasi serta kebijakan Pemerintah dalam penaggulangan HIV di Indonesia.
Dalam sambutanya dr Vony diantaranya  menyampaikan bahwa sampai Desember 2009 komunitas LSL baru terjangkau 9% dari total estimasi 700.000 LSL yang ada di Indonesia, ini adalah capaian terkecil diantara capaian Pupulasi Kunci yang lain. Kita harus memberi perhatian yang lebih pada teman-teman MSM dan waria supaya capaian akan meningkat dimasa mendatang.
Ditambahkan pula oleh dr Vony bahwa dalam Stragegi dan Rencana Aksi Nasional secara khusus ada strategi khusus tentang MSM dan waria.
beliau bangga pada komunitas Gay dan Waria di Indonesia karena terbentuk  jaringan GWL-INA sejak 2007 dengan berbagai macam kegiatannya yang berhubungan dengan HIV.
Dalam acara pembukaan acara ini juga hadir  Bpk Sunardi dari Kemenekes dan Ibu IVA Direktur PKBI jatim.

Yang menarik dalam training ini adalah menghadirkan 3 pilar PR secara bersama-sama dalam satu kelas (KPA, Dinkes, PKBI) yang terlibat dalam projek GF R-8, pesertanya juga bukan hanya SSR dan UI transmisi seksual tetapi peserta yang hadir juga Koordinator Lapangan dari program Harm Reduction (HR),

Training yang dilakukan di Tretes Pasuruan, peserta dibagi menjadi 3 kelas
Kelas A ( Jatim dan Bali)
Kelas B ( Jateng dan Sulsel)
Kelas C ( Jogjakarta, Kaltim, NTB, NTT, Maluku, Papua, Papua Barat, Kalsel)

Hari pertama
Ada 5 materi yang diberikan oleh Trainer/Fasilitator:
ABT ( Aset Best Thingking)
Kesehatan Seksual
Orientasi, Perilaku Seksual dan Identitas Seksual
IMS, HIV dan AIDS
Nilai-Nilai

Hari kedua
Frame Work GF-ATM R-8
Konsep dasar IPP (Intervensi Perubahan Perilaku)
Outrech Penasun (Pengguna Narkoba Suntik)
Mengajukan pertanyaan dan probing
Layanan Jarum suntik Steril
Komuniukasi persuasif

Materi yang akan disampaikan pada hari ketiga (rabu 23 juni)
Outreach transmisi seksual
Brainstorming, Diskusi dan Presentasi
Individu Risk Assasment/ PRI ( Penilaian Resiko Individu)
Membangun Layanan Rujukan
Kondom
Negosiasi Kondom
Merujuk Pasangan.

Hingga hari ketiga peserta sangat antusias mengikuti sesi demi sesi yang disampaikan oleh fasilitator atau trainer.
Diantara peserta terutama yang dari non GWL masih sangat kurang pemahamannya tentang orientasi, identatitas dan juga perilaku seksual, apalagi ketika kami membahas masalah LSL. (Slamet Raharjo dan budi harus menjelaskan panjang lebar) menarik dan ini menjadi tentangan bagi kita.

(Laporan Kegiatan oleh Slamet Raharjo, Yayasan Gessang, Solo, Jawa Tengah)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *