Tiap Jam, 1 Bayi Sipilis Lahir di China

Kota Shanghai menjadi lokasi penularan tercepat penyakit yang diderita kaum pria itu.

Jum’at, 7 Mei 2010, 07:52 WIB
Ismoko Widjaya
 
VIVAnews – Setiap jamnya, seorang bayi lahir di China dengan kondisi menderita penyakit kelamin sipilis. Ini merupakan epidemi yang tumbuh tercepat di dunia.

Seperti dilansir Associated Press (AP), Jumat 7 Mei 2010, penelitian menyebutkan salah satu pemicunya adalah para lelaki yang menikmati ‘uang baru’ dari perkembangan ekonomi yang cukup pesat.
Saat ini, Kota Shanghai menjadi lokasi penularan tercepat penyakit yang diderita kaum pria itu. Apa saja yang menjadi penyebab merebaknya penyakit ini di China?

Seperti ditulis dalam Jurnal Kesehatan New England, banyak penyebab yang menimbulkan kondisi ini di China. Prostitusi kaum gay, biseksual, serta ada pula yang menikahi anggota keluarga sendiri.

Cara hidup seperti itu menjadi salah satu penyebab pesatnya epidemi di Negeri Tirai Bambu itu. Booming pertumbuhan ekonomi di China menjadi penyebab tidak langsung.

Pengusaha hingga kaum buruh kini mendapatkan uang tunai lebih banyak dari biasanya. Banyaknya uang di kantong juga membuat sebagian dari mereka berpikir memiliki banyak peluang untuk mencari penjaja seks.

“Pada sekitar tahun 1950 dan 1960-an, penyakit sipilis ini sangat jarang terjadi di China,” kata Josept Tucker, dokter spesialis penyakit menular di University of North Carolina di Chapel Hill. “Kini jumlahnya tumbuh cepat. Sangat tidak bisa diterima bila kini kondisinya setiap satu jam lahir bayi dengan kondisi sipilis”.

Tidak seperti penyakit seksual yang menular lainnya, sipilis dapat merusak pikiran dan membunuh jika tidak segera ditangani.

Sebuah suntikan penisilin untuk meredam penyakit itu bisa dilakukan karena biayanya murah. Tetapi banyak orang tidak pernah mengalami gejala penyakit itu dan tetap tidak terdiagnosis.

Menurut Tucker, dengan tidak adanya pemeriksaan rutin wajib di tempat bagi perempuan hamil, tingkat penularan dari ibu ke anak melompat jauh, dari 7 sampai 57 kasus per 100.000 kelahiran hidup antara 2003 dan 2008. (jon) VIVAnews 

 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *