Pertemuan Evaluasi dan Penyusunan Rencana Kerja Pokja TB-HIV Jatim.

Pada tanggal 30 Juni-01 Juli 2010 di Hotel Grand Surya Tretes, Pandaan, IGAMA Malang menghadiri Pertemuan Evaluasi dan Penyusunan Rencana Kerja Pokja TB-HIV Jatim.

Peserta kegiatan ini lintas sektoral, sekitar 45 orang terdiri atas wakil Dinkes Prov Jatim, KPAP Jawa Timur, RSU, akademisi, Kanwil Hum&Ham, Kesdam V Brawijaya, GF ATM, HCPI, GHI serta 5 wakil LSM (Media, Paramitra, Sadarhati, Perwakos dan IGAMA). Jadi komunitas GWL diwakili IGAMA (LSL) dan Perwakos (Waria).

Kegiatan pada hari I (30 Juni 2010).
Evaluasi atas program kolaborasi yang sudah dilakukan Pokja TB-HIV Jatim, sebagai pilot project di 6 kota/kab
upaten di Jatim (Kota Surabaya, Sidoarjo, Kota Madiun, Kab. Banyuwangi, Kota Malang, Kab. Malang).
Evaluasi ini meliputi:
a. Penguatan koordinasi Pokja
b. Penguatan kegiatan kolaborasi TB-HIV di lapas
c. Peningkatan kapasitas bagi petugas PL, KL, MK, Konselor
d. Ketersediaan logistic dari TB ataupun HIV
e. Indikator dan capaian rujukan
f. Alur rujukan
g. Alur pencatatan dan pelaporan
h. Form penjangkauan dan form rujukan di masing 2 unit
i. Rekomendasi terkait quality control utk TB-HIV.

Kegiatan pada hari II (01 Juli 2010).
Penyusunan rencana kerja pokja kolaborasi TB-HIB, meliputi elemen
-elemen yang baru dievaluasi. Diskusi ini dibagi atas 3 kelompok dengan isu-isu berbeda. Rencana kerja ini juga berusaha memberikan solusi atas masalah-masalah dan hambatan yang muncul.

Ada hal menarik yang muncul di kegiatan ini, seperti:
a. Pokja kolaborasi ini, konon baru terbentuk dan ada di
Jatim, dan secara rutin berkoordinasi. Jika benar, ini menjadi PR bersama bagi daerah lain untuk mendorong dan menginisiasi terbentuknya pokjapokja di wilayah lain.
b. Stok materi KIE tersedia banyak di masing-masing bagian logistic Dinkes Propinsi, d
engan klasifikasi KIE utk Pekerja Sex, Waria, IDU, LSL, dan umum. Jadi silahkan kawan-kawan cek dan tanyakan di bagian logistic Dinkes masing-masing daerah.
c. Jatim sebagai pilot project desentralisasi penyediaan obat HIV (ARV) menjamin ketersediaan obat d
alam jumlah cukup dan aman.
Tetapi fakta di lapangan m
asih ada kasus kasus tersendatnya pasokan ARV dari layanan kepada ODHA. Selain karena masalah regulasi ataupun karena ketimpangan informasi, hingga akibat permainan oknumoknum tertentu yang mengepul obat untuk dijual kembali.
Sepertinya tidak tertutup kemungkinan di wilayah lain, kontinuitas ketersediaan ARV ini j
uga menjadi problem.

Mamad-IGAMA

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *