Penguatan Kapasitas Penelitian Berbasis Komunitas

Bertempat di Hotel Sahid Surabaya, pada tanggal 28-30 September 2010 diselenggarakan kegiatan “Penguatan Kapasitas Penelitian Berbasis Komunitas”. Kegiatan yang diselenggarakan atas kerja sama Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), HCPI, ARCSHS dan GAYa NUSANTARA (GN) ini diikuti oleh 31 orang peserta dari NAD, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan. Mereka merupakan perwakilan dari berbagai macam komunitas populasi kunci, seperti pekerja seks, ODHIV, penasun, korban NAPZA, GWL, perempuan, HRM dan remaja. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Sekretris KPA Provinsi Jawa Timur, Bapak Drs R. Otto B. Wahyudi, M.Si, M.M.

Maksud dan tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah untuk lebih meningkatkan kemampuan komunitas dalam melakukan kajian operasional di bidang HIV & AIDS; untuk menguatkan jejaring peneliti dan komunitas HIV & AIDS; serta untuk mendorong terbitnya kajian operasional HIV & AIDS yang tepat sasaran kepada kelompok yang terdampak HIV & AIDS sehingga layanan, cakupan layanan dan program HIV & AIDS semakin meningkat mutunya. Dari situ nantinya diharapkan akan menghasilkan jejaring lokal dan nasional peneliti yang berbasis akademia dan berbasis komunitas yang menangani persoalan HIV & AIDS.

Selama 3 hari kegiatan, Dr Stephen McNaily dan Dr Jeffrey Grierson dari ARCSHS selaku narasumber mengajak para peserta untuk mengetahui dan memahami tentang penelitian sosial yang berbasis komunitas. Mulai dari apa itu penelitian sosial hingga mengapa kita membutuhkan penelitian sosial. Dipaparkan juga tentang langkah-langkah untuk melakukan suatu penelitian sosial, yang diawali dengan mengidentifikasikan isu penelitian, lalu mengembangkan pertanyaan penelitian, merancang metodologi penelitian, hingga rekrutmen peserta/responden penelitian. Tak lupa juga disampaikan materi tentang etika penelitian yang disampaikan oleh Bapak Suriadi Gunawan, Anggota Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan. Di mana dikatakan bahwa nilai dasar etik penelitian adalah menghargai martabat manusia, bermanfaat dan tidak merugikan, serta berdasarkan keadilan.

Para peserta sendiri dilibatkan secara langsung untuk berlatih membuat rancangan suatu penelitian sosial, di mana mereka dibagi menjadi 5 kelompok (ODHA, NAPZA, pendidikan seks, media komunikasi dan GWL-Pekerja Seks) berdasarkan prioritas dari sekian banyak isu penelitian yang berhasil diidentifikasikan. Lalu masing-masing kelompok berdisikusi untuk menentukan pertanyaan penelitian, di mana untuk membuat pertanyaan penelitian ini ternyata tidaklah mudah, masing-masing kelompok memerlukan revisi berkali-kali untuk mendapatkan pertanyaan penelitian yang jelas, spesifik, relevan, mudah diatur, dapat dikerjakan (feasible) dan dapat terjawab. Demikian juga dalam menentukan metodologi penelitian, apakah akan melakukan penelitian kuantitatif atau penelitian kualitatif, terjadi diskusi yang cukup menarik, termasuk juga saat menentukan metode untuk pengumpulan data seperti tinjauan pustaka, wawancara, observasi, kuisioner, FGD dan lain-lain. Diskusi menarik juga terjadi saat untuk menentukan strategi dalam menentukan peserta/responden penelitian serta etika penelitian dalam mengantisipasi hal-hal yang terjadi setelah penelitian tersebut. Seluruh rangkaian kegiatan diakhiri dengan memberikan kesempatan kepada perwakilan peserta, narasumber dan panitia untuk menyampaikan kesan-kesannya, kemudian ditutup dengan foto bersama. (KB)

(Link: website GAYa Nusantara)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *