Lipodistrophy, efek samping ARV yang sering ditakuti

Lipodistrophy adalah salah satu dari efek samping beberapa obat anti HIV yang paling ditakuti , berpengaruh terhadap penampilan fisik seseorang dan rasa khawatir tentang penilaian orang lain terhadap perubahan fisik yang terjadi . Lipodistrophy terjadi hilangnya jaringan lemak atau lapisan lemak di daerah wajah, kaki dan lengan, maupun didaerah bokong dan diserati dengan penumpukan jaringan lemak di beberapa bagian tubuh lain. Masing-masing individu memberikan gejala yang berbeda, hanya memberikan satu gejala saja dan ada yang disertai dengan beberapa gejala sekaligus. Hilangnya lapisan lemak didaerah wajah terutama bagian pipi dan dahi. Pipi menjadi tirus dan kempes. Lapisan lemak disekitar mata akan hilang, sehingga mata menjadi cekung. Hilangnya jaringan lemak daerah kaki dan lengan akan mengakibatkan pembuluh darah didaerah tersebut akan tampak lebih jelas. Pada bagian bokong lapisan lemak akan berkurang dan bentuk bokong tidak seperti sebelunnya.

Hilangnya lapisan lemak di beberapa bagian diatas akan disertai dengan timbulnya lapisan lemak di bagian lain di tubuh. Pertanyaannya apakah sama dengan lemak yang timbul jika kita banyak makan atau kelebihan berat badan? Jawabannya berbeda. Pada orang gemuk lemak yang timbul adalah lemak yang letaknya dibawah kulit yang disebut dengan lemak sub cutaneus , sedangkan pada kasus lipodistrophy lemak yang tertimbun adalah lemak viseral. Lemak ini letaknya jauh di dalam tubuh, lemak ini terkumpul disekitar organ pencernaan atau hati. Hal ini lah akan membuat perut membesar terasa keras dan tegang. Lemak juga tertimbun disekitar bagian dada, dibagian leher dan di bagian belakang diantara bahu. Beberapa kelenjar lemak di bawah kulit akan menjadi aktif dan membentuk benjolan – benjolan yang tidak nyeri yang dikenal dengan lipoma.

Peningkatan kadar lemak di dalam darah juga terjadi, lemak di dalam darah disebut dengan kholesterol dan trigliserides. Kadar lemak ini dapat di monitor dengan melakukan pemeriksaan lewat darah. Di sarankan untuk orang dengan HIV positif dengan pengobatan ARV melakuan pemeriksaan secara berkala kadar kholesterol dalam darah setiap enam bulan sekali atau setahun sekali.

Peningkatan kadar kholesterol dalam darah akan meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit jantung dan stroke. Peningkatan juga terjadi dengan kadar gula dalam darah yang di kenal dalam istilah kedokteran dengan insuline resistance. Adanya gula didalam darah normal dan penting untuk sumber energi bagi tubuh, tapi apabila kadar gula didalam darah berlebihan dan tubuh tidak mampu memprosesnya maka orang tersebut akan menjadi gampang lelah, haus, sering kencing pada malam hari dan mengganggu konsentrasi. Insuline resistance di kenal juga dengan penyakit diabetes tipe 2, yang meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit jantung dan stroke. Oleh karena itu orang yang mendapatkan obat anti HIV perlu juga memeriksakan kadar gula darahnya setiap enam bulan sekali atau satu tahun sekali.

www.balimedika.com

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *