Baru 300 Rumah Sakit yang Beri Pengobatan HIV di Indonesia

Jakarta, Dari 1.000 lebih rumah sakit yang ada di seluruh Indonesia, ternyata baru ada 300 rumah sakit yang bisa memberikan pengobatan untuk penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus), berupa terapi ARV (Antiretroviral).

ARV adalah terapi obat anti retroviral yang mengkombinasikan beberapa jenis obat-obatan dan telah direkomendasikan untuk menangani pasien AIDS secara luas.

“Hanya ada 300 rumah sakit di Indonesia yang bisa memberikan pengobatan ARV (Antiretroviral). Cuma 300, bayangkan,” jelas Dr Nafsiah Mboi, SpA, MPH, Sekretaris Nasional Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia (KPAI), disela-sela acara seminar ‘Di Balik MDGs: Peran Indonesia Sebagai Negara Berpenghasilan Menengah dalam Mengatasi Masalah dan Hak Seksual dan Kesehatan Reproduksi’ di FKUI, Jakarta, Senin (21/5/2012).

Dr Nafsiah sendiri ingin pengobatan ARV ini bisa diberikan di tingkat Puskesmas, sebab kalau tidak orang dengan HIV-AIDS (ODHA) yang tinggal jauh dari rumah sakit akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan pengobatan.

“Pengobatannya sendiri gratis, tapi yang harus dibayar adalah laboratoriumnya, ongkos periksa dokter atau ongkos lainnya, ya tidak banyak sih paling Rp 10 ribu,” lanjut Dr Nafsiah.

Setelah dinyatakan positif terkena HIV, biasanya ada masa 5-10 tahun virus ini benar-benar bisa ‘melumpuhkan’ penderitanya. AIDS timbul sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV di dalam tubuh manusia. Meski kini dengan terapi ARV (Antiretroviral) orang dengan HIV-AIDS bisa berumur panjang bersama penyakitnya.

Setelah virus memasuki tubuh, maka virus akan berkembang dengan cepat. Virus ini akan menyerang limfosit CD4 (sel T) dan menghancurkan sel-sel darah putih sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Orang dengan HIV akan memiliki jumlah sel darah putih yang kecil.

Pada tahap awal terkena infeksi, virus ini biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala apapun. Gejalanya baru akan muncul setelah dua sampai empat minggu.

Gejala awal HIV adalah mengalami sakit kepala yang berat, demam, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha.

Seperti dikutip dari situs WHO, ketika seseorang terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang mirip dengan flu atau infeksi virus sedang.

Pada stadium lanjut gejala HIV memperlihatkan kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan, batuk kering, demam berulang atau berkeringat saat malam hari, kelelahan, diare yang lebih dari seminggu, kehilangan memori, depresi dan juga gangguan saraf lainnya.

detik.com

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *