“ANDA BISA MEMILIH UNTUK TIDAK TERINFEKSI HIV: ELIZABETH PISANI

Sebuah interview dengan fridae.com, ditulis oleh Ng Yi Sheng, di sadur sebagian oleh Harry Prabowo – National Program Manager of GWL-INA Network

Menarik dari apa yang diposting oleh IGAMA di facebooknya, dimana IGAMA sempat ditanyakan oleh tamu mereka dari luar negeri yang menanyakan tentang “Apasih perbedaan situasi GWL saat ini dengan situasi GWL pada 20 tahun yang lalu”, postingan ini cukup banyak mendapatkan tanggapan pertanyaan yang di postingkan. Baru kemarin ini, saya mendapatkan sebuah email link website yang merupakan sebuah link tentang hasil wawancara Fridae.com dengan Elizabeth Pisani. Eli (sebutan akrab bagi Elizabeth Pisani) saat ini adalah seorang pengarang buku fenomenal yang berjudul “Kearifian Pelacur” atau “Wisdom of Whore” yang merupakan cerita pengalaman Eli disaat beliau masih bekerja di Indonesia untuk Isu HIV dibawah payung FHI/ASA program dan sangat memahami perilaku dunia yang sebenarnya yang mempengaruhi transmisi HIV dan keefektifitasan dari program pencegahan.

Berikut adalah sedikit penggalan singkat dari seluruh wawancara Eli dengan Fridae.com yang sangat menarik bagi saya dan membuat saya berpikir lebih jauh lagi tentang epidemi HIV di Indonesia khususnya untuk komunitas GWL serta memotivasi saya kembali didalam melakukan kerja saya dalam bidang ini.

Pertanyaan dimulai dimana Eli sedang membahas kehidupan clubbing bagi komunitas GWL, dimana situasi saat ini telah terjadi “homogenesasi” dari situasi gay di Asia dan adanya homogenesasi perilaku juga dikalangan Gay: narkoba menjadi sangat mudah didapat, musik clubbing juga sudah sama semua dan juga internet telah banyak dimanfaatkan untuk tempat bertemu dengan pasangan

“… Fridae: Bagaimana hal ini diterjemahkan didalam trends HIV?”

Elizabet: Hal ini dapat diterjemahkan menjadi suatu hal yang sangat menarik. Dimana kemungkinannya akan membuat editor anda (fridae.com) menjadi membencinya dikarenakan ini bukanlah suatu hal tentang politik yang benar tapi berdasarkan fakta dari epidemologi yang sangat benar. HIV datang dari sebuah kebebasan. HIV datang dari suatu situasi. Mengapa HIV muncul di kota New York dan San Fransisco pada era awal 80an? Disebabkan karena banyaknya club yang muncul di era 70an di kota New York dan San Fransisco.

HIV bukanlah suatu virus yang sangat menular: HIV akan menjadi sangat menular untuk jangka waktu yang pendek disaat jumlah virus tinggi dan pada prinsipnya akan berlangsung selama 6 minggu setelah pertama kali seseorang terinfeksi dan pada selama periode jumlah virus tinggi serta diasosiasikan dengan penyakit menular seksual lainnya.

Apa artinya: Artinya adalah HIV akan sangat mudah tersebar didalam komunitas dimana orang-orang mempunyai pasangan lebih dari satu selama masa jendala 6 minggu. Jadi jika seseorang adalah seorang gay ataupun LSL atau apalah sebutannya itu, dan jika seksualitas seseorang berdasarkan hanya dalam sebuah mimpi basah serta tidak pernah melakukan “latihan” didalam melampiaskan seksualitasnya yang disebabkan karena seseorang tersebut tinggal di daerah terpencil di pulau Jawa atau bahkan tinggal di sebuah kota besar namun masih tinggal bersama dengan orang tua serta tidak pernah keluar malam setelah jam 10 malam atau bahkan jika seseorang tersebut dapat keluar rumah di atas jam 10 malam namun tidak ada peluang atau kesempatan untuk bertemu dengan pasangan lainnya – maka HIV tidak akan berkembang jauh”

Tapi disaat seseorang memerlukan masa kritis didalam masyarakat secara fisik atau didalam sebuah ruang dunia maya untuk mendapatkan pasangan dan memutar balikan badan pasangannya, dan pada sebuah situasi dimana adanya budaya yang memperbolehkan untuk melakukan hal tersebut, maka orang tersebut telah menciptakan sebuah kondisi untuk menyebarkan HIV.

Yang menjadi sisi buruk di dalam situasi gay saat ini adalah tentang alkohol, tentang budaya “clubbing”, tentang pergi keluar rumah dan budaya apapun itu namanya yang merupakan budaya keluar malam dan melakukan aktifitas seksual. Bukanlah dikarenakan seseorang itu homoseksual yang dapat meningkatkan resikonya, bukanlah dikarenakan seseorang melakukan anal sex; namun hal ini dikarenakan seseorang mempunyai pasangan yang lebih dari satu pasang dalam waktu yang sangat singkat.

Oleh karena itu saya tidak percaya dengan hal-hal MSM. Saya tidak peduli dengan istilah “Pasangan yang setia” dikalangan komunitas gay melebihi dari rasa peduli saya tentang mereka diantara orang-orang heteroseksual. Saya melakukan program pencegahan dikalangan pekerja seks dan anak-anak muda yang sering berpesta dan punya tujuan untuk “teler” dan mencari aktifitas seksual. Saya tidak akan mengetuk setiap pintu dari rumah pasangan tua yang telah menikah bahwa mereka harus memakai kondom, dan hal ini benar adanya baik terjadi di kalangan homoseksual ataupun di kalangan heteroseksual; dan hal sangat benar adanya dengan melihat situasi yang ada saat ini.

Masalahnya adalah didalam ruang dunia maya, situasi dunia internet telah menciptakan hal-hal yang sangat menyulitkan. Karena jika seseorang bertemu dalam sebuah ruangan dalam kondisi fisik maka saya akan sangat mudah untuk membagikan kondom, baik ke sauna, ke tempat-tempat “crusing” dan bar. Tapi saya akan sangat sulit untuk memasukan kondom kedalam dunia Internet.

Sekarang sisi yang menggembirakan, bagian yang mungkin akan sangat disenangi oleh editor anda (fridae.com). Sisi bagusnya adalah terkait dengan munculnya sebuah identitas komunitas gay dan toleransi yang memperbolehkan adanya club-club gay bermunculan. – Sisi yang menggembirakan adalah dimana datangnya rasa berbagi tanggung jawab dan berbagi rasa kepedulian bersama tentang kesehatan seksual dan hal-hal baik lainnya. Dan sudah dipastikan bahwa rasa dari komunitas yang telah menciptakan hal yang pertama dan yang terkini tentang tanggapan yang efektif terhadap HIV, yang berasal dari komunitas gay dari negara-negara kaya seperti Amerika, Australia, UK dan banyak negara-negara lainnya di Eropa. Tanggapan-tanggapan tersebut tidak dating dari sisi pemerintahan, tidak datang dari agensi-agensi kesehatan, melainkan kebanyakan tanggapan yang datang dan berasal dari komunitas (kesadaran komunitas telah berkurang di beberapa negara dan sama halnya dengan respon terhadap HIV).

Observasi saya – dan anda (fridae.com) mungkin akan menjadi kurang setuju – observasi saya terhadap komunitas gay di Asia yang saya sangat familiar, yaitu bahwa kesadaran komunitas tidak berkembang dengan baik. Pada dasarnya masih pada tahapan “Hore!!! Akhirnya saya bisa berpesta, menjadi mabuk dan mendapatkan seks”

Fridae: Saya yakin anda sangat menderita atas ketidak setujuan dari pernyataan-pernyatan anda?

Elizabeth: Sungguh seperti sebuah gurauan terutama tanggapan yang membenci dari surat-surat yang masuk. Bagian yang paling yang saya sukai adalah mereka menyebutkan saya sebagai Homophobic. Mari kita lihat: teman satu kamar saya seorang pelacur gay, 70% dari teman-teman saya dalah gay, saya tidak pernah bercinta dikarenakan saya tidak melakukan apa-apa selain nongkrong dengan komunitas gay… jadi saya seorang “fag hag” terbesar di dunia.

Namun saya berpikir bahwa komunitas gay harus merasa lebih berharga. Segala sesuatu yang dikatakan melawan mereka maka disebut sebagai Homphobic. Saya tidak terlalu peduli dengan siapa yang anda kerjai, tapi jika seseorang melakukan hal-hal bodoh maka saya akan ambil peduli. Kita terkadang mempunyai rata-rata HIV di sekitaran 10%, 20% atau 30%, bahkan disaat dimana ada 100% ketersediaan pengetahuan, 100% ketersediaan kondom dan tetap saja kita tidak diperbolehkan mengatakan bahwa kemungkin adanya suatu hal yang salah didalam komunitas gay. Dan hal ini akan di sensor.

Fridae: Tapi kita semua melakukan hal-hal yang bodoh bukan?

Elizabeth: Dan apa jadinya jika anda tidak melakukan hal-hal yang benar-benar bodoh? Itu lah bagaimana saya memulai percakapan saya di TED (Technology, Entertainment, Design – sebuah lembaga non profit yang bekerja untuk sebuah ide yang pantas dan perlu untuk disebar luaskan – banyak orang terkenal telah berbicara dalam forum ini) . Saya memulai pembicaraan saya di TED: “Orang melakukan hal-hal yang bodoh, dan hal ini yang menyebarkan HIV”. Tapi saya pikir kita merangkak dari seputaran hal ini.

Fridae: Apakah ada mitos HIV yang ingin anda jelaskan lebih lanjut?

Elizabeth: Ada suatu hal yang menjadi perhatian penting saat ini, namun saya tidak tahu seberapa penting hal ini di Singapura – mungkin tidak akan jauh beda dengan apa yang ada di Eropa dan US. Tapi ada yang mempercayai secara penuh bahwa pengobatan adalah pencegahan: yang hal ini dikarenakan adanya obat-obatan diluar sana, obat-obatan yang dapat menurunkan jumlah virus dalam tubuh seseorang, dan oleh karena itu jika seseorang mengkonsumsi obat-obatan tersebut maka orang-orang tersebut tidak akan menginfeksikan ke orang lain

Sangat sering saat ini, bahkan di dalam komunitas bahwa ada 1 dari 3 orang yang sudah terinfeksi, orang-orang tersebut bertemu dan melakukan hubungan seksual dengan orang lain dan bahkan mereka tidak pernah mendiskusikan tentang HIV dan penggunaan kondom – Logika pemikiran atas perilaku tersebut adalah bahwa orang tersebut sudah terinfeksi, dia kemungkinannya telah memakai obat maka orang tersebut tidak akan menjadi terlalu menularkan. Tapi begini: lebih dari 50% transmisi terjadi disaat seseorang masih dalam waktu 6 minggu (masa jendala) setelah terinfeksi, disaat mereka tidak tahu bahwa mereka telah terinfeksi dan mereka pastinya tidak dalam masa pengobatan. Hal ini sebenarnya akan menjadi sangat aman disaat berhubungan seks dengan seseorang yang tahu bahwa mereka adalah HIV positif dan telah memakai obat daripada berhubungan seks dengan seseorang yang menyatakan bahwa mereka HIV negative.

Fridae: Adakah hal lainnya yang perlu diketahui oleh pembaca lainnya”

Elizabeth: Anda bertanggung jawab terhadap perilaku anda sendiri. Anda bertanggung jawab. HIV merupakan sebuah pilihan saat ini. Dan anda dapat memilih untuk tidak mendapatkannya. Dan jangan mengeluh tentang stigma ke saya dll, dll. Jika anda anda berhubungan seks dengan laki-laki lainnya maka anda tidak berada dalam situasi dimana stigma adalah sebuah isu. Anda mungkin mengalami stigma di dalam bagian lain dalam kehidupan anda tapi disaat anda akan mengangkat pantat anda maka anda tidak sedang menghadapi stigma. Anda dapat menggunakan kondom.

Elizabeth Pisani saat ini sedang membuat buku keduanya yang berjudul “Taking Tea with the Dead” yang akan di publikasikan oleh Grenta di tahun 2014 mendatang. Bagi Eli, Indonesia telah membuat dirinya untuk melakukan eksplorasi kenapa dirinya terus kembali lagi ke Indonesia. Apa yang menjadi manarik dari Indonesia bagi Eli, walaupun Indonesia bagi dirinya bisa sangat membuatnya marah yang tak berakhir, membuatnya sangat frustasi dan membuatnya sangat-sangat marah, namun tetap Eli merasa akan terus kembali lagi ke Indonesia. Terkadang bagi Eli, Indonesia seperti seorang pacar yang “bandel”, seorang pacar yang membuatnya tertawa, membuatnya selalu hangat dan menyenangkan didalam hati dan juga akan dapat meneteskan airmata pada akhirnya namun tetap membuatnya untuk datang kembali lagi.

Satelah membaca artikel ini saya mulai berpikir dan sedikit tersenyum mengingat Ienes sahabat saya yang mencoba mimic Eli sedang berbicara “…. Kita alatnya ada, pengetahuannya ada, duitnya ada, kemauannya dari kita-kita ada…. Tapi kenapa prevalensi HIV tetap saja naik.”
Artikle asli dalam ringkasan ini dapat diunduh dalam website:
http://www.fridae.asia/newsfeatures/2012/08/10/11851.you-can-choose-not-to-get-hiv-elizabeth-pisani

Pembicaraan Elizabeth Pisani di TED dapat dilihat di: http://www.youtube.com/watch?v=LoXAAEy6YQU

 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *