1st ANNI CONFERENCE ON EMERGING ISSUES RELATING to NHRIs

Laporan Poedjiati Tan

Pada sesi ini Saya mewakili GAYa NUSANTARA bersama peserta dari Thailand dan Philippines untuk berbicara tantangan apa saja yang dihadapai sebagai aktivis SOGI Right Defenders dan strategi apa yang untuk mengatasinya.

Dari presentasi ini terlihat bahwa kita menghadapi masalah yang hampir sama dalam pergerakan LGBT yaitu masalah fundamentalis agama. Thailand yang selama ini diasumsikan sebagai Negara yang paling “welcome” terhadap LGBT ternyata tidak seperti yang dikira selama ini. Terakhir kali mereka mengalami bentrok dan pelarangan untuk pawai LGBT di Chiangmai oleh orang-orang yang menamakan diri sebagai penjaga kebudayaan Thailand. Mereka beranggapan bahwa LGBT itu tidak sesuai dengan budaya Thailand dan agama Budha. Mereka beranggapan bahwa menjadi LGBT adalah sebuah karma dari masa lalu yang buruk. Meskipun waria Thailand atau yang disebut Kathoy sangat terkenal tetapi semua itu hanya untuk entertainment dan bisnis, tidak ada diantara mereka yang menjadi dokter, guru, dosen, pejabat atau sebagai professional di bidang bisnis. Hal ini disebabkan karena mereka kurang mendapat pendidikan, sebab dari kecil mereka sudah mengenakan pakain perempuan bahkan ketika sekolah sehingga banyak menerima perlakuan yang tidak layak dari teman-temannya. Dan mengakibatkan banyak dari mereka yang keluar dari sekolah.

Begitupula dengan LGBT di Philippines, mereka banyak menghadapi tantangan yang sangat kuat dari aktivis gereja katholik. Meskipun tidak ada peraturan yang jelas mengenai pelarangan atau hukuman untuk LGBT dalam undang-undang Philippines, tetapi mereka mengahadapi masalah dengan aktivis Gereja katholik. Gereja Katholik sangat memegang peranan baik di pemerintahan ataupun di masyarakat di Philippines. Para aktivis gereja katholik itu berusaha memasukan atau mensosialisasikan law of DEATH pada pemerintahan dan masyarakat. Adapaun yang dimaksud dengan DEATH adalah Divorce, Euthanasia, Total Contraception and Homosexuality. Meskipun Partai LGBT Philippines ‘ang ladad ‘ memilki banyak dukungan tetapi mereka tetap tidak bisa mendapatkan posisi dipemerintahan.

Kesimpulan dari diskusi mengenai tantangan dan strategi SOGI Right Defenders adalah kita tidak bisa melawan secara langsung para fundamentalis karena itu akan menghabiskan banyak tenaga dan pikiran dan tidak memiliki hasil. Tetapi yang bisa kita lakukan adalah kita dapat bekerja pada rana konstitusi dalam pemerintahan, penguatan dan pemahaman agama pada LGBT sehingga dapat memberikan pemahaman pada orang lain. Berjuang melalui rana Human Right karena bagaimanapun kita adalah manusia yang mempunyai hak.

Dalam konferensi ANNI (Asian NGOs Network for National Human Right Institutions) ini baru pertama kali memasukan isu SOGI Right (Sexual Orientation and Gender Identity) kedalam agenda. Sebagai SOGI Right Defender aktifis kita meminta ANNI untuk memasukan SOGI isu dalam kerangka kerja mereka dan ikut mensosialisasikan Yogyakarta principle. (link dari GAYa Nusantara)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *